Wednesday, October 3, 2012

Berhenti berteman dengan processed food

Mar 10, '12 6:03 AM
for everyone

Siapa yang tidak suka dengan processed food (makanan olahan)?

Jenisnya macam-macam. Rasanya enak dan "tidak pernah tanggung". Asinnya gurih. Manis bikin ketagihan. Gampang didapat, dimana-mana ada. Harganya juga banyak yang murah. Praktis, cepat dan banyak lagi kemudahan processed food yang membuat makanan jenis ini sangat populer dijaman modern yang serba cepat dan serba sibuk sekarang ini.

Jujur, keluarga kami dulu juga penggemar processed food, apalagi potato chips, candy barsdan cookies. Piknik, nonton bioskop, travelling, mengantri giliran, hiking, kerja ... selalu adaprocessed food yang tepat untuk menemani setiap kegiatan.

Aku ingat, dulu waktu kecil, makanan jenis ini belum terlalu banyak dan tidak mudah didapat, sehingga konsumsinya tidak sering dan tidak banyak. Tapi sekarang? Justru kebalikannya. Karena kemudahannya serta jumlah dan jenisnya yang berlimpah ruah, processed food dikonsumsi jutaan orang setiap hari, bahkan setiap saat. Terutama oleh anak-anak kecil.

Setelah menggali berbagai informasi seputar bahaya processed food, aku bertekad bulat untuk menghentikan pertemanan keluargaku dengan processed food. Semua jenis processed food yang disimpan di rumah aku singkirkanterutama processed food yang mengandungtrans fat/saturated fat, gula dan sodium tinggi. Oya, juga yang mengandung bahan kimia yang bahkan menyebutkan nama bahannya saja susah serta dibuat dari berbagai bahan yang daftarnya panjang seperti ular naga.

Apa sih bahaya processed food?

Setelah menggali berbagai informasi, makanan hasil karya industri makanan ini sebenarnya adalah makanan yang sudah diproses secara kimiawi dengan berbagai bahan kimia agar enak rasanya dan awet. Kandungan nutrisinya sudah sangat berubah dan berkurang. Malah banyakprocessed food yang akhirnya menjadi makanan palsu karena proses dan bahan kimia yang digunakannya sudah sedemikian banyak dan canggih. Makanan jenis ini hampir tidak mengandung nutrisi sama sekali, alias kalori kosong. Enak di mulut tapi tidak ada gunanya sama sekali untuk tubuh kita. Malah cenderung hanya menyumbang terlalu banyak kalori ke dalam tubuh yang akhirnya disimpan tubuh dalam bentuk lemak. Dan menyumbang banyak bibit dan pupuk untuk berbagai penyakit, mulai dari obesitashipertensidiabetes,malnutritionkolesterolmood disorderhormon inbalance dan segudang penyakit lainnya.

Pada saat makanan diolah oleh industri makanan, banyak kandungan penting yang disingkirkan, terutama serat. Untuk memberi rasa yang membuat makanan itu disukai banyak orang (a.k.a laku dijual), kebanyakan makanan olahan ditambah dengan gula, sodium dan lemak tidak baik (tips: selalu baca label kandungan pada kemasan makanan olahan!).

Buah-buahan kaleng, selain mengandung gula natural buah, juga mengandung banyak gulaataupun pemanis buatan (articial sweetener) yang ditambahkan pada saat pengolahan. Biskuit dan kue2 kering olahan juga banyak mengandung gula dan pemanis buatan, yang dapat memicu banyak sekali penyakit, terutama obesitas dan diabetes yang sekarang ini menjadi penyakit epidemik hampir di semua negara maju dan berkembang. Selain itu, gula menyebabkan pula tooth decayterutama pada anak-anak, yang banyak berujung pada kehilangan gigi diusia muda. Makanan olahan yang tinggi kadar gula umumnya sangat kurang kandungan vitamin dan mineralnya dan menjadi penyumbang kalori kosong tidak berguna terbesar bagi tubuh kita.

Makanan kaleng umumnya mengandung sodium yang sangat tinggi, karena bahan ini penting untuk mengawetkan makanan, termasuk sayur, kacang, pasta, sup, ikan dan daging olahan kaleng. Daging olahan beku pun demikian. Pola makan yang tinggi kandungan sodium memicu antara lain penyakit tekanan darah tinggi dan jantung.

Selain gula dan sodium, makanan olahan juga banyak menggunakan lemak tidak sehat (trans fat dan saturated fat). Dari mulai biskuit, cracker, potato chips, candy bar, salad dressing, dll. Lemak tidak sehat adalah salah satu penyebab utama naikknya kadar kolestrol “jahat” dalam tubuh manusia dan juga memicu penyakit jantung serta berbagai penyakit lainnya.

Efek buruk processed food terhadap kesehatan manusia bisa terjadi dalam waktu singkat maupun nanti, di masa tua. Mengetahui dan mengerti bahaya processed food menurutku adalah sama pentingnya dengan mengetahui dan mengerti bahaya nikotin. Bahkan, menurutku, sudah seharusnya dicantumkan health warning pada kemasan dan iklanprocessed food seperti keterangan yang harus tercantum pada kemasan dan iklan rokok!

Bagaimana caranya berhenti makan processed food?

Tips sederhana dari aku: singkirkan semua processed food yang ada di rumah dan jangan beli lagi. Jangan pernah lewati rak processed food di mini market atau supermarket. Jangan mampir ke convenience store di pompa bensin. Jangan perhatikan etalase makanan kecil di bioskop. Berhenti total, tanpa pikir 2 kali! Jangan mencari alasan untuk memakannya “sekali ini saja” atau “sedikit aja”.

Dari pengalaman pribadi, untuk berhenti mengkonsumsi processed food tidak perlu modal besar, tapi perlu tekat kuat dan disiplin!

Sama dengan berhenti merokok, awalnya berhenti makan processed food badan rasanya tidak karuan. Dari berbagai informasi yang aku baca, rasa ingin makan atau ketagihan makanan jenis processed food sebenarnya disebabkan oleh berbagai bahan dan zat kimia yang sengaja dimasukkan oleh para ilmuwan produksi makanan ke dalam processed food untuk memanipulasi rasa lapar, palet lidah, penciuman serta emosi manusia. Bahan yang paling banyak dimasukkan adalah lemak, gula dan sodium. Jadi, semakin kita memakan processed food, semakin kita akan merasa lapar dan tidak merasa cukup. Dan semakin kita mengkonsumsi processed food, akan semakin tinggi kebutuhan, daya makan & frekuensi kita memakan processed food. It’s a vicious cycle!
Banyak orang yang banyak atau sering sekali mengkonsumsi processed food. Tanpa disadari, “ketagihan” processed food sudah melanda tubuh. Bukan sesederhana rakus penjelasannya.

Processed food memang sudah di-design sedemikian rupa oleh industri makanan agar menguntungkan pihak industri: murah biaya produksinya + tinggi demand & konsumsinya =high profit. Resep dan proses pengolahannya jauh dari resep dan pengolahan makanan aslinya dan kebayanyakan sangat tidak menguntungkan bahkan membahayakan kesehatan manusia. 

Pada saat keluarga kami mencoba berhenti mengkonsumsi processed food rasanya seperti menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Godaan selalu ada. Apalagi untuk anak-anak yang lidahnya memang sangat akrab dengan rasa manis dan asin. Ditambah lagi mereka masih belum mengerti gambaran besar bahaya processed food.
Godaan berhenti makan processed food menjadi sangat sulit karena kami tinggal di kota besar yang gaya hidupnya sangat urban. Di kanan-kiri kami, hampir semua orang mengkonsumsi processed food. Kapan saja, dimana saja. Mulai dari anak tetangga teman bermain anak, teman-teman di sekolah atau kantor, orang-orang yang tidak kami kenal dan lalu lalang disekitar kami (bioskop, supermarket, jalan, dll). Belum lagi tantangan yang harus dihadapi dalam acara-acara sosial, seperti: pesta ulang tahun, perayaan Halloween, perayaan hari besar, dst.

Oooh …. tiada hari tanpa protes dan pertanyaan dari anak-anak!

“Kenapa aku tidak boleh beli potato chips di kantin sekolah, Ma? Padahal teman-temanku boleh?

“Apa bedanya chicken nugget yang mama bikin di rumah dengan chicken nugget yang dibeli di supermarket? Kan bentuk dan namanya sama?”

Pertanyaan-pertanyaan ini tidak boleh diacuhkan. Harus dijawab dengan benar. Ini adalah masa-masa penting bagi anak-anak kita untuk belajar tentang pola makan dan makanan sehat. Yang nantinya akan menjadi bekal dan pegangan hidup mereka ke depan.

Diawal program Eating Clean keluarga kami, aku harus menyabarkan diri dan meluangkan waktu dan tenaga dan pikiran untuk :

1. menjawab semua pertanyaan anak-anak dengan benar tapi menggunakan bahasa yang mudah mereka mengerti (artinya, aku harus mencari informasi pendukung terlebih dahulu dari berbagai sumber informasi dan belajar membaca label kandungan pada kemasan makanan dengan benar)

2. mengajak mereka turun ke dapur dan melibatkan mereka dalam proses pembuatan makanan sehat versi rumah dan menjelaskan resep, bahan dan pengolahan makanan secara natural vs makanan olahan industri makanan (jadi, walaupun nama/jenis makanan sama antara makanan komersil dan masakan rumah, kandungannya dan cara mengolahnya sangat berbeda)

3. mengajak mereka berbelanja ke supermarket untuk mengajarkan mereka perbedaan bahan makanan natural vs processed food (dan ternyata, anak yang terlibat dalam aktivitas belanja serta memasak menjadi lebih tertarik untuk mencoba makanan baru yang dihidangkan di meja makan) 

4. mengajarkan mereka sedikit demi sedikit membaca label di balik kemasan processed fooddan arti dari bahan, jumlah kandungannya serta apa guna ataupun bahaya bahan-bahan tersebut terhadap badan dan kesehatan manusia.

Kadang-kadang, aku frustasi sendiri. 

Dan kalau frustasi melanda, dua kalimat andalan aku keluarkan: (1) because I say so, and (2)mother’s knows best. Untungnya 2 kalimat cukup manjur untuk kedua anakku disaat-saat tertentu.

Secara bertahap, karena berhenti mengkonsumsi processed food, pola pikir dan tingkah laku kami sekeluarga, terutama anak-anak, berubah total dengan sendirinya. Menjadi lebih kebal terhadap godaan! Tidak lagi anxious walaupun melihat orang-orang disekitar melahapprocessed food. Dan setelah masa ‘ketagihan’ lewat, mood menjadi lebih tenang serta badan menjadi lebih nyaman.

Setelah sekitar 1 bulan berjalan dengan penuh perjuangan, godaan dan pertanyaan seputarprocessed food berhenti dengan sendirinya. Lapar mata yang biasanya melanda di supermarket pada saat melewati rak processed food tidak pernah lagi terjadi. Dan yang lebih penting lagi, kami sekeluarga, terutama anak-anak, keluar dan 'lulus' dari fase ini dengan pengetahuan mengenai mana makanan yang processed food dan mana yang bukan. Mana makanan yang sehat dan mana yang tidak sehat. Mana processed food yang benar-benar harus dijauhi dan mana yang masih boleh dikonsumsi dalam jumlah wajar. Dan semua alasan serta kandungannya. 

Sekarang kami, termasuk anak-anak (yang tertua umurnya 10 tahun dan yang kedua umurnya 5 tahun), sudah lebih bisa dan terbiasa menilai dan memilih sendiri makanan sehat vs processed food. Tugasku hanya untuk tetap konsisten menambah ilmu dan mengarahkan keluarga, terutama anak-anak, agar tidak lupa dan tidak melencong jalannya yang sudah benar.  Serta selalu membagi pengetahuan baruku dengan keluarga agar pengetahuan mereka, terutama anak-anak, terus bertambah. Tapi sekarang tugasku rasanya jauh lebih ringan karena fondasi dasar sudah terbentuk. Ini adalah salah satu panen raya yang aku rasakan dari langkah awal proyek Eating Clean-ku.

Lalu, bisa makan apa dong kalau tidak bisa makan processed food?

Aku pilih cara yang paling sederhana yang bisa dengan mudah aku jalankan sehari-hari dan tidak memakan banyak waktu dan biaya. Kami kembali ke ubi dan pisang rebus atau bakar. Kami buat potato chips panggang sendiri di rumah (walaupun dengan 2 kali percobaan gagal total!!!). Kami makan buah dan sayur mentah sebagai snack (anak-anak sangat suka timun, batang seledri dan wortel mentah sebagai snack). Kami makan kacang-kacangan mentah. Kami kembali ke pop-corn natural yang masak dengan panci dan sedikit sekali olive oil dan tidak menggunakan mentega, garam, gula ataupun perasa buatan (artificial flavor). Kami olah kue kecil di rumah dari gandum kasar (rolled oats). Dan banyak lagi. Singkatnya, kami selalu membuat makanan sendiri dari bahan-bahan natural.

Untungnya (dasar orang Indonesia tulen, selalu ada “untungnya…”) tidak semua processed food buruk untuk kesehatan. Misalnya susu yang dipasturisasi, youghurt, keju, sereal gandum dan bubur gandum. Tapi, ini catatan pentingnya, baca benar-benar keterangan kandungan pada kemasan makanan! Jangan tertipu gambar dan kata-kata manis "marketing" pada bagian depan kemasan!

Beberapa pilihan processed food yang masih bisa dikonsumsi dalam jumlah wajar:

1. pilih low fat milk (susu biasa mengandung lemak tinggi, sedangkan skimmed milk maupun susu dengan rasa (coklat, vanilla & strawberry) mengandung gula tinggi)

2. pilih low fat plain youghurt, kalau bisa greek youghurt (youghurt biasa mengandung lemak tinggi, sedangkan youghurt skimmed, youhurt drinks, frozen youghurt maupun youghurtdengan rasa atau potongan buah mengandung gula tinggi)

3. pilih keju low fat yang rendah kadar sodiumnya dan terbuat dari susu (bukan soya atau milk powder atau tepung). Kalau bisa beli keju yang melewati proses aging yang sebenarnya

4. pilih cereal gandum yang rendah kadar gula, sodium dan lemak. Dan minimal memiliki 2% serat dalam setiap porsi sajiannya. Aku dapat cara paling mudah setelah berbulan-bulan belajar membaca label berbagai sereal diberbagai supermarket: jangan pernah beli sereal yang dipajang di rak bagian tengah (sejajar mata) di supermarket. Umumnya barang-barang yang menempati posisi ini adalah barang-barang yang tidak sehat. Mereka memang murah dan laku. Kalau memang ingin makan sereal, ambil sereal yang dipajang di rak paling atas atau rak paling bawah, umumnya lebih sehat dibandingkan sereal-sereal yang berada di rak bagian tengah

5. pilih traditional rolled oats (gandum yang masih kasar). Bukan bubur gandum instant yang biasanya mengandung gula cukup tinggi

6. pilih biskuit gandum (whole wheat crackers) yang rendah kandungan gula dan sodiumnya.   

Dan ingat, moderation is the key!

Jadi jumlah/porsi konsumsi processed food “baik” harus tetap dijaga. Segala sesuatu yang berlebihan selalu tidak baik.

Ayo, mulai langkah pertama: say no to processed food!

5 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. nice post mbak Inge :))
    saya lagi butuh referensi tentang sharing seperti ini.

    Mulanya saya mulai memikirikan asupan makanan setelah mengalami gejala PMS yang lumayan annoying setiap bulannya. Setelah hampir sebulan ini saya mengurangi asupan processed food, sugary drinks alhamdulillah gejalanya nya berkurang :)

    tapi memang butuh tekad kuat ya, apalagi lingkungan sekitar dn advertisement luar biasa membombardir~~

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih utk pesannya. Senang bisa berbagi info. Tulisan-tulisan terbaruku bisa dibaca di www.projecteatingclean.com ya.. dan aku juga sudah terbitkan buku Eating Clean, berisi pengalaman dan informasi berguna seputar pola hidup Eating Cleanku. Buku sdh tersedia di Gramedia dan Gunung Agung. Semoga semakin mantap pola hidup sehatnya dan semakin sehat!!!

      Delete
    2. oh gitu ya mbak..oke deh nanti saya coba cek di gramedia :)
      dan cek di web tersebut. trims ^^

      Delete
    3. oh ternyata ini buku yang review nya saya baca kemarin di thejakartapost.com. mantap mbak :))

      Delete